Senin, 05 Juli 2010

Daging Ayam Keset, Kotoran Tak Bau

• Pengembangan Unggas Organik

MENEMPATI tanah seluas 700 meter persegi dengan tiga kandang ukuran 10 x 15 meter, Samingan (52), warga Desa/Kecamatan Guntur, Demak, mengembangkan unggas organik jenis ayam potong. Usaha yang telah digeluti sejak 2000 itu, sekarang telah menuai hasil. Sebagian besar pedagang ayam di Demak memesan hasil peternakannya.

Dia boleh berbangga. Di tengah isu flu burung yang sempat menurunkan minat masyarakat mengonsumsi unggas dan harga jual ayam di pasaran merosot, ternyata permintaan ayam ternaknya tidak pernah surut. Ayam yang berada di kandang belakang rumah itu selalu dipesan pelanggan. Para pedagang rela menunggu ayam siap panen. Sekarang, hampir semua warung makan menyediakan ayam pasokan Samingan.

Keberhasilan itu bukan tanpa upaya panjang. Ketika mengawali beternak, hambatan dan rintangan tidak pernah menjauh dari hadapannya. Bahkan berbagai penyakit hewan selalu menggagalkan usahanya.

Dirinya mengenal pola pengembangan ayam organik dari Ilham Priyanto, Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Organik Indonesia (LP2OI) Koordinator Wilayah Jateng. Saat itu, LP2OI melakukan penyuluhan kepada sejumlah peternak unggas di Demak. Di Kota Wali, jumlah peternak unggas relatif banyak, bahkan hampir merata di 14 kecamatan.

Lebih Kuat

Selain itu, kendati belum ada penelitian yang menyebutkan ayam organik tahan virus avian influenza, para peternak telah membuktikan belum pernah ada unggas organik yang terkena flu burung.

''Ini terjadi karena ketahanan tubuhnya lebih kuat. Fisik ayam kuat, sehingga tidak mudah terserang virus,'' terang Samingan menirukan penuturan Ilham Priyanto.

Pengembangan unggas organik, lanjut dia, sama seperti produk pertanian lain, yakni menciptakan produk yang lebih memenuhi kualitas kesehatan. Peternakan ini cenderung mengandalkan penggunaan jamu sebagai pengganti obat-obatan kimia. Dengan pakan alami, unggas organik memiliki kelebihan dibanding dengan produk unggas biasa. Cara pemeliharaan, tanpa vaksin atau obat-obatan dan hanya dengan makanan tepung ikan, jagung, dan jamu khusus ayam. Banyak jenis jamu ayam, tetapi yang dipakai Samingan adalah SMS Migro Ternak yang berbentuk cair dalam botol satu literan.

Bahan kimia dan obat-obatan, sering menimbulkan efek residu dan efek samping pada ternak. Tak heran, selain berbau anyir, kandungan lemak tinggi. Unggas pun rentan penyakit.

Ayam organik memiliki berbagai kelebihan, di antaranya umur panen lebih cepat 10 hari daripada ayam biasa, yaitu 35 hari dengan berat rata-rata 1,9 kg/ekor. Jika perawatan benar, umur optimal bisa mencapai 28 hari. Dengan demikian, pemakaian pakan lebih efisien. Persentase kematian ayam juga semakin kecil, hanya 1%. Sementara ayam bukan organik, rata-rata kematiannya mencapai 8%.
Kelebihan lain, daging ayam organik tidak mengeluarkan bau anyir, bahkan terasa keset sehingga empuk. Yang menarik, kotoran yang dihasilkan ayam itu tidak mengeluarkan bau. Hal ini menjadikan peternakan ramah lingkungan.''Sampai sekarang tidak ada warga protes. Ya karena kotoran ayam tidak bau.''

Pasar ayam jenis ini juga mulai merambah naik, seiring dengan tren konsumsi ayam yang tidak berbahan kimia. Dari segi harga, ayam organik nyaris tak berbeda jauh dengan ayam yang diternakkan secara umum. Sementara perbedaan fisik ayam organik dengan ayam nonorganik, mudah dikenali. Ayam organik, dagingnya berwarna kemerah-merahan dan tidak berbau anyir.

Ilham Priyanto menuturkan, makanan ayam atau unggas organik tidak memakai bahan kimia. Makanan yang diasupkan kepada ternak adalah makanan alami, ditambah jamu khusus yang terbuat dari olahan tumbuhan. Jamu seperti SMS Migro Ternak, diberikan ke ayam dengan cara dicampur dengan air atau makanan. Jamu berfungsi mengoptimalkan proses pencernaan, sehingga sari makanan yang dihasilkan mudah diserap serta kotoran benar-benar merupakan sisa makanan yang tidak berguna. (Hasan Hamid-37m)

A. Perincian Perhitungan biaya usaha
DOC = Rp.5000/ekor anak ayam x 1.000 ekor = Rp. 5.000.000
Dengan perhitungan siap panen 1 ekor maksimal 1 1/2 kg
Pakan pellet biasa:1kg/ekor sampai berat + 1½ kg @ Rp 4500 x 1.000 ekor
= Rp. 4.500.000
(Suntik vaksin dan hormone dianggap seimbang)
Pakan buatan sendiri: 1 kg/ekor sampai berat + 1 kg @ Rp 1500 x 1.000 ekor
= Rp. 1.500.000
Jamu, vaksin dan probiotik: Rp 150 / ekor x 1.000 ekor = Rp. 150.000
Jumlah = Rp.11.150.000

ANGKA KEMATIAN 5%

B. Biaya buat Kandang
Bambu apus 200 batang x Rp. 8.500 = Rp. 1.700.000
Bambu petung untuk tiang pancang 8 batang x Rp. 40.000 = Rp. 320.000
Paku 5 kg @ Rp. 10.000 = Rp. 50.000
Tempat makan dan minum @ Rp. 60.000 x 20 buah = Rp. 1.200.000
Plastik @Rp. 25.000 x 16 lembar = Rp. 400.000
Upah membuat kandang @Rp.30.000/hari x 5 tenaga kerja x 5 hari= Rp. 750.000
Instalisasi listrik (kabel,bola lampu,saklar,stop kontak,dll) = Rp. 400.000
Drum untuk penghangat ayam @Rp. 15.000 x 10 = Rp. 150.000

Jumlah = Rp. 4.970.000

C. Biaya Tetap
Honor yang menjaga ayam setiap bulan @ Rp. 700.000 x 2 orang = Rp. 1.400.000
Listrik per bulan = Rp. 100.000
Sewa lahan = Rp. 300.000
Jumlah = Rp. 1.800.000

D. Total pembiayaan A, B, dan C = Rp. 17.920.000

E. Penjualan
1 ekor ayam dengan berat 1 ½ kg @ Rp. 22.500 x 950 ekor = Rp. 21.375.000

F. Penghasilan Bersih (Penjualan – Total Pembiayaan) untuk panen pertama selama 40 hari Rp. 21.375.000- 17.920.000 = Rp. 3.455.000


Lokasi:
Dusun Bayeman Rt 03 Rw 18, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah